Wednesday, May 16, 2007

Seorang Aku

Lihatlah kawan, pemuda itu bicaranya sulit ku mengerti
Bahasanya samar namun mengandung ketulusan
Mungkin dia seorang penyair

Lihatlah kawan, pemuda itu bicaranya sulit ku mengerti
Bahasanya samar dan mengandung kedustaan
Mungkin dia seorang politikus

Lihatlah kawan, pemuda itu bicaranya mudah ku mengerti
Bahasanya jelas namun tak ada isi hatinya
Mungkin dia seorang jurubicara

Lihatlah kawan, pemuda itu bicaranya mudah ku mengerti
Bahasanya jelas namun samar isi hatinya
Mungkin dia seorang jurnalis

Lihat kawan, pemuda itu tak berbicara
Bahasanya hanya diam, hatinya misteri
Mungkin dia seorang aku

12 Mei ’07 (18:11)

Terusannya...

Dua puluh empat

Dua puluh empat detik sebelumnya terdengar gemuruh sorak sorai makhluk pelupa

“Tanggal ini genap bertahun-tahun umurmu!” ujar salah seorangnya

“Ya, maka katakanlahlah beribu ucapan selamat padaku!“ ungkap si aku

“Maka muntahkanlah beribu pujian tentang ku,

karena hari ini aku lah raja dunia!” teriaknya merasa paling bahagia


Dua puluh empat jam sebelumnya juga terdengar gemuruh

Kali ini makhluk tuhan yang tak pernah mendosa

“Apa benar besok adalah saatnya?” ujar salah satunya

“Ya Tuhan sendiri yang mengatakannya padaku,” jawab sebelahnya

“Sungguh singkat!”

“Ya, hanya sehari lagi.”

“Maka waktunya semakin berkurang”


Dua puluh empat hari sebelumnya terdengar bisik rendah makhluk pelupa

“Esok mau apa?” tanya salah seorangnya

“Aku mau dunia,“ si aku menjawab

“Bukankah kau meninggalkan ladang abadi menuju dunia?”

“Bukankah telah sampai kau pada dunia?”

“Ya, kini aku kan menggenggam dunia sebagai bekal kembali pada keabadian”


Dua puluh empat tahun sebelumnya di sebuah ruangan sederhana

Terlihat sosok gerbang dunia yang rupawan sedang bersiap diri

Ketika tiba saatnya beliau mengantar makhluk pelupa itu ke dunia,

maka saat itu pula sang dewi rupawan berada di batas antara keabadian dan kefanaan

Pada saatnya makhluk itu tiba di dunia, saat itu rona bahagia sang dewi terpancar

Sesosok asa telah lahir

Sebuah lambang cinta telah menjelma


Namun, sama seperti dewi-dewi rupawan lainnya

Kelak tanggal datangnya makhluk pelupa hanya tentang makhluk pelup

Tahun pertama, kesepuluh, ke-entah, sampai matipun

Tak ada yang sekedar merenungi sang dewi yang menjadi gerbang hidupnya

Bertahun-tahun kemudian, kita makhluk pelupa, hanya ingat kita makhluk pelupa

Hanya merasa bahagia telah sampai di dunia

Merasa paling soleh dalam menggapai bekal keabadian

Semua dari kita lupa bahwa kehadiran kita merupakan pertaruhan hidup sang dewi


Selayaknyalah genapan tahun menjadi tanda terimakasih pada sang dewi

Selayaknyalah genapan tahun menjadi simbol perbatasan antara keabadian dan kefanaan

Maka kubuang semua ucapan selamat, kulumat mentah lalu kumuntahkan

Karena rasa terimakasihku hendak menerjang mulut

sekedar ‘tuk berterimakasih pada sang dewi

’untuk hariku kelak’

12Mei’07 (17:48)

Terusannya...

Saturday, May 05, 2007

semoga cepat lulus

doakan saya semoga sepat lulus.... saya bosan di jatinangor
ga punya duit, kere......
ga bisa nabung, ga bisa ngelamar si eneng.... wahahahaha... hiks...
ga bisa gemuk.... hiyaaa.....

btw gua fans-nya ho-man-co (holahoop, macan, disco; nonton indonesian idol edisi wildcard!)
ho-man-co!! idol!!
ho-man-co!! idol!!
ho-man-co!! idol!!

wahahaahahaha.....

Terusannya...